EKONOMI

Pupuk Toleransi, Barikade Gus Dur Jatim Road Show Dialog Kebangsaan

post-img

"Hidup dengan rukun dan penuh toleransi adalah suatu keniscayaan. Toleransi adalah syarat mutlak untuk menjalani hidup damai dan aman."

Jember – Hidup dengan rukun dan penuh toleransi adalah suatu keniscayaan. Toleransi adalah syarat mutlak untuk menjalani hidup damai dan aman. Lebih-lebih di Indonesia karena terdiri dari beragam suku, budaya, dan agama. Namun ‘perahu’ toleransi di negeri ini tidak berjalan mulus. Ada saja bibit-bibit perilaku intoleran yang mengusik Indonesia, yang jika dibiarkan bisa jadi NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) akan tenggelam di jurang perpecahan.


Itulah yang melatarbelakangi Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Barisan Kader (Barikade) Gus Dur Jawa Timur (Jatim) untuk menggelar Dialog Kebangsaan di tujuh eks Karesidenan se-Jatim.


Menurut Ketua DPW Barikade Gus Dur Jatim, Ahmad Arizal, saat ini perilaku intoleran masih saja terjadi di negeri ini. Bahkan patut disayangkan, perilaku intoleran justru mengatasnamakan agama. Mereka menyelusup ke tengah-tengah masyarakat dan melakukan propaganda murahan dengan menjual agama. Mereka memusuhi siapapun yang tidak sealiran dengan ajarannya. Di luar itu, mereka tetap saja mengelu-elukan khilafah sebagai solusi untuk hidup makmur di negeri ini.


“Terus terang ini meresahkan masyarakat. Dan ini harus kita hadapi bersama,” ujarnya kepada sejumlah awak media di sela-sela Dialog Kebangsaan di convention hall Universitas dr. Soebandi Jember, Sabtu (23/7/2022).


Arizal menegaskan bahwa Barikade Gus Dur akan berada di garda terdepan untuk mementahkan perilaku intoleran. Caranya adalah memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil’alamin.


“Selain itu, kita juga harus siap menghadapi mereka, baik dengan dialog maupun cara-cara lain,” paparnya.


Sementara itu, salah seorang narasumber KH Muhammad Balya Firjaun Balman memberi apresiasi kepada DPW Barikade Gus Dur Jatim yang telah menggelar dialog kebangsaan. Katanya, ini adalah salah satu respon dari anak bangsa untuk mengantisipasi ancaman keretakan di tubuh bangsa Indonesia. Banyak sekali sikap radikal dari warga bangsa, baik karena fanatisme kelompok atau karena doktrin ajaran.

“Dua-duanya berbahaya. Ketika kita ada beda sedikit, sudah dianggap lawan. Contoh kecil saja, antar perguruan silat, sudah saling bermusuhan. Padahal kita semua bersaudara. Lebih bahaya lagi jika intoleran karena doktrin,” pungkas Wakil Bupati Jember itu.


DPW Barikade Gus Dur Jawa Timur menggelar road show Dialog Kebangsaan di tujuh eks karesidenan se-jatim dengan mengusung tema “Menjaga Toleransi Menolak Radikalisme Menuju Indonesia Maju”. Dialog sudah digelar di tiga eks karesidenan, dan empat dengan eks karesidenan Besuki (Jember). Masih ada 3 eks karesidenan yang belum digelar dialog kebangsaan, yaitu Bojonegoro, Malang, dan Madiun.


Dialog Kebangsaan yang ini dihadiri oleh 100 orang lebih yang berasal dari se-eks Karesidenan Besuki. Hadir sebagai narasumber dalam dialog ini adalah Kasubdit III Ditintelkam Polda Jatim, AKBP Agus Prasetyo, Wakil Bupati Jember, KH Muhammad Balya Firjaun Barlaman, dan Waketum DPP Barikade Gus Dur, Rahmad Sudarsono, dan Ketua FKUB Jember, KH Muis Shanhaji.

Sejarah

Dewan Masjid Indonesia bermula dari pertemuan tokoh-tokoh Islam yang dihadiri oleh Bapak H. Rus'an dari Dirjen Bimas Islam dan Wakil Ketua Jakarta Pusat Bapak H. Edi Djajang Djaatmadja membentuk panitia untuk mendirikan Dewan Kemakmuran Masjid Seluruh Indonesia (DKMSI).

Pada tanggal 16 Juni 1970 disusunlah formatur yang diketuai oleh KH. MS. Rahardjo Dikromo yang beranggotakan H. Sudirman, KH. MS. Rahardjo Dikromo, KH. Hasan Basri, KH. Muchtar Sanusi, KH. Hasyim Adnan, BA dan KH. Ichsan.